Gonta-ganti Kebijakan TKDN Bikin Investor Manufaktur Maju Mundur
Kebijakan TKDN yang sering berubah menciptakan ketidakpastian bagi investor manufaktur, terutama di sektor berteknologi tinggi.
(Bisnis.Com) 13/10/25 18:35 1920
Bisnis.com, JAKARTA — Penerapan kebijakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dinilai harus lebih selektif dan konsisten agar tidak menjadi hambatan bagi investasi manufaktur, terutama di sektor berteknologi tinggi.
Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Arshintya Damayati menerangkan bahwa dari kacamata industri, TKDN menjadi angin segar untuk memastikan manufaktur dalam negeri mendapatkan porsi yang lebih besar dalam rantai nilai global.
“Dari sisi pelakunya mereka juga merasa ada masalah pada konsistensi ya karena suka berubah gitu dan buat manufaktur memang ketidakpastian seperti ini tuh berat,” kata dalam bincang-bincangFactoryHub Bisnis Indonesia, dikutip Senin (13/10/2025).
Sebagaimana diketahui, baru-baru ini, pemerintah melakukan reformasi kebijakan penghitungan TKDN yang dilakukan dalam rangka penyederhanaan atau deregulasi.
Deregulasi TKDN tertuang dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No. 35 Tahun 2025 tentang Sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan Bobot Manfaat Perusahaan yang akan berlaku mulai Desember 2025. Aturan ini menggantikan Permenperin No 6/2011.
Namun, Arshintya mengingatkan bahwa pelaku industri masih menghadapi tantangan besar terkaitinkonsistensi kebijakan. Aturan TKDN yang sering berubah dianggap menciptakan ketidakpastian dan membebani perencanaan bisnis manufaktur, yang umumnya membutuhkan horizon investasi jangka panjang.
“Masalahnya adalah inkonsistensi. Aturan yang sering berubah membuat pelaku industri ragu karena manufaktur memerlukan kepastian jangka panjang,” ujarnya.
Dia juga menyebut, penerapan TKDN sebaiknya tidak diberlakukan sama rata untuk semua sektor. Sebab, untuk industri berteknologi tinggi seperti semikonduktor, farmasi, atau elektronik canggih, kebijakan yang terlalu ketat justru bisa kontraproduktif.
“Terlalu ketat memaksa TKDN bisa kontraproduktif karena sebagian besar komponennya belum ada di Indonesia. Ini justru bisa menghambat investasi dan transfer teknologi,” terangnya.
Arshintya menegaskan pentingnya adanya roadmap TKDN yang jelas dan konsisten antarindustri. Peta jalan ini harus memuat target pencapaian tahunan serta pembedaan penerapan antara sektor padat karya dan sektor berteknologi tinggi.
"TKDN perlu punya roadmap yang jelas, berapa targetnya tahun ini, tahun depan, dan seterusnya, serta diferensiasi antarindustri. Dengan begitu, TKDN bisa benar-benar menjadi instrumen untuk memperkuat manufaktur, bukan sebaliknya,” pungkasnya.
#tkdn #tingkat-komponen-dalam-negeri-tkdn #manufaktur #industri-manufaktur