Menyoal Pemanfaatan Akal Imitasi untuk Inovasi Bisnis
Penggunaan AI yang masif untuk menggali ide inovasi bisnis tentu harus disikapi dengan hati-hati.
(Kompas.com) 01/11/25 18:47 24019
PERUSAHAAN rintisan yang dipimpin seorang muda dari Generasi Milenial (Gen Y) mengaku menggunakan akal imitasi (AI) seperti ChatGPT untuk memudahkannya menyusun proposal bisnis.
Ia rela mengeluarkan uang “lebih” untuk berlangganan versi premium sehingga memberikan bantuan yang jauh lebih bernilai daripada versi gratisan.
Tidak hanya itu, untuk beragam usulan solusi juga memanfaatkan akal imitasi sebagai bahan rujukan. Konsultasi dan berdiskusi tidak cuma dengan rekan sejawat, akal imitasi perlahan menggantikan peran manusia.
Perkembangan akal imitasi seperti ChatGPT memang sangat pesat. Alzoubi dan Mishra (2024) mencatat pencarian singkat menggunakan mesin Google Scholar menunjukkan bahwa ChatGPT disebut sebanyak empat kali pada tahun 2019, enam kali pada tahun 2020, dan 140 kali pada tahun 2021.
Pada tahun 2022, jumlahnya meningkat menjadi 240 kali penyebutan, dengan sekitar 138 artikel yang mencantumkan ChatGPT dalam judulnya.
Lonjakan signifikan terjadi pada tahun 2023, dengan lebih dari 1.000 artikel yang menggunakan istilah “ChatGPT” dalam judulnya, serta total hasil pencarian mencapai lebih dari 5.530 hingga akhir April 2023.
Peningkatan ini berkaitan dengan peluncuran publik layanan ChatGPT pada November 2022 (Reuters, 2023).
Penggunaan AI yang masif untuk menggali ide inovasi bisnis tentu harus disikapi dengan hati-hati. Hal ini karena AI seperti ChatGPT bekerja berdasarkan data dan informasi yang sudah ada, yaitu data yang digunakan untuk melatihnya.
Artinya, kemampuan ChatGPT terbatas pada pola, pengetahuan, dan ide yang pernah muncul dalam data tersebut.
Karena itu, ChatGPT tidak benar-benar “berpikir” secara kreatif atau menciptakan sesuatu yang sepenuhnya baru seperti manusia bisa lakukan.
Ia bisa menggabungkan, memodifikasi, atau meniru ide-ide lama, tapi sulit menghasilkan gagasan yang benar-benar orisinal atau inovatif yang belum pernah ada sebelumnya.
Singkatnya, ChatGPT pintar dalam meniru dan mengolah informasi yang sudah ada, tapi tidak bisa menjadi sumber kreativitas murni.
Untuk memastikan bahwa jawaban ChatGPT relevan dan bermanfaat, para penggunanya mungkin perlu memberikan konteks tambahan atau petunjuk lebih lanjut.
Selain itu, ChatGPT tidak memiliki pemahaman emosional yang diperlukan untuk benar-benar memahami struktur sosial, perasaan, dan emosi di antara manusia (Bannigan dkk., 2023).
Hal ini dapat membatasi kemampuannya dalam memberikan pendekatan inovatif yang mempertimbangkan unsur kemanusiaan dalam kreativitas (Grossenbacher, 2023).
Meskipun ChatGPT bisa memberikan jawaban yang cepat dan informatif, jawabannya belum tentu selalu relevan atau sesuai konteks.
Karena itu, manusia yang ahli di bidang tertentu tetap dibutuhkan untuk memberikan penjelasan tambahan, arahan, atau konteks agar hasilnya lebih akurat dan bermanfaat.
Selain itu, ChatGPT tidak memiliki kemampuan memahami emosi dan hubungan sosial seperti manusia. Ia tidak benar-benar “merasakan” atau memahami perasaan, empati, atau dinamika sosial.
Akibatnya, kemampuan ChatGPT dalam menciptakan ide atau solusi inovatif yang melibatkan sisi emosional dan kemanusiaan menjadi terbatas.
Dengan kata lain, ChatGPT bisa membantu secara logis dan informatif, tetapi tidak bisa menggantikan intuisi, empati, dan kreativitas manusia sepenuhnya.
Keterbatasan
Pemanfaatan akal imitasi perlu mendapat perhatian khusus mengingat keterbatasannya (Bannigan, 2023). Tidak hanya bagi pebisnis, tapi juga untuk sejumlah pemanfaatan.
Pertama, teks yang sepenuhnya tidak benar. ChatGPT memiliki fitur yang disebut “halusinasi”, yaitu kecenderungan menghasilkan tulisan yang tampak meyakinkan, tapi sebenarnya tidak benar.
Misalnya, ketika membuat teks tentang topik tertentu, ChatGPT terkadang mengutip referensi yang sebenarnya tidak ada, dan ia tidak mampu menyadari kesalahan tersebut.
Kedua, masalah etika. Karena ChatGPT dilatih menggunakan data yang mungkin mengandung kesalahan, hasilnya sering kali bias.
Selain itu, muncul pula persoalan etis lainnya, seperti kemungkinan hilangnya pekerjaan bagi sebagian pekerja di industri tertentu, misalnya penulis konten atau pengajar.
ChatGPT juga menimbulkan isu etika di bidang akademik karena digunakan untuk membantu mahasiswa menyiapkan tugas mereka.
Ketiga, kurangnya pengetahuan tentang hukum dan peraturan lokal. Karena ChatGPT beroperasi secara global, jawabannya mungkin tidak sesuai dengan ketentuan hukum nasional di suatu negara.
Hal ini dapat menyebabkan penyebaran informasi yang melanggar hukum atau tidak sensitif terhadap budaya setempat.
Keempat, masalah privasi dan keamanan data. Untuk memberikan jawaban yang tepat, ChatGPT dapat dilatih menggunakan data sensitif. Jika data tersebut tidak dikelola dengan baik, hal ini dapat menimbulkan masalah privasi.
Kelima, perkembangan dan kemampuan beradaptasi teknologi. Bidang ini berkembang sangat cepat, dan versi-versi berikutnya mungkin memiliki fitur berbeda.
Oleh karena itu, pengguna perlu terus mengikuti perkembangan teknologi AI dan siap menyesuaikan cara penggunaannya seiring dengan kemajuan yang terjadi.
Terakhir, kerangka hukum yang belum mapan. Di sebagian besar negara, kerangka hukum yang mengatur akal imitasi secara umum dan ChatGPT secara khusus belum sepenuhnya terbentuk.
Secara keseluruhan, masih sedikit lembaga atau asosiasi yang memiliki kewenangan untuk mengatur industri baru seperti AI generatif. Akibatnya, belum ada kerangka kerja yang jelas untuk mengategorikan perilaku para pelaku institusional dalam bidang ini.
Dengan demikian, sekalipun dalam beberapa hal akal imitasi memberikan kontribusi bantuan yang cukup signifikan ketika pebisnis mengeksplorasi beraneka ide untuk inovasi, manusia yang punya “rasa” dan “hati” belum dapat diganti.
Diperlukan kewaspadaan dan kebijaksanaan untuk memastikan bahwa pemanfaatan akal imitasi tetap memberikan ruang bagi pebisnis untuk berinovasi, sambil tak meninggalkan sisi manusiawi.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang