Produksi Padi Jabar Naik 18,6%, Indramayu Jadi Penopang Utama
Produksi padi Jawa Barat naik 18,6% pada 2025, dengan Indramayu sebagai penopang utama. Peningkatan didorong oleh irigasi, cuaca stabil, dan teknologi modern.
(Bisnis.Com) 03/11/25 16:30 25621
Bisnis.com, INDRAMAYU-- Kabupaten Indramayu kembali menegaskan posisinya sebagai lumbung padi utama di Jawa Barat seiring peningkatan produksi komoditas pangan tersebut.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, produksi padi di daerah tersebut sepanjang 2025 diperkirakan mencapai 1,56 juta ton gabah kering giling (GKG).
Angka itu naik signifikan sebesar 162.383 ton atau 11,6% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1,39 juta ton.
Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus, mengatakan capaian ini menempatkan Indramayu di posisi teratas sebagai daerah dengan produksi padi tertinggi di Jawa Barat.
Ia menilai, kenaikan produksi tersebut didorong oleh perbaikan sistem irigasi, cuaca yang relatif stabil, serta penerapan teknologi pertanian modern di tingkat petani.
“Indramayu menjadi tulang punggung ketahanan pangan Jawa Barat. Lonjakan produksi ini menunjukkan keberhasilan pengelolaan lahan dan distribusi air yang lebih baik sepanjang 2025,” ujar Darwis, Senin (3/11/2025).
Secara keseluruhan, produksi padi di Jawa Barat pada 2025 mencapai 10,23 juta ton GKG, meningkat 18,64% dari tahun 2024 yang hanya sebesar 8,62 juta ton.
BPS mencatat, sebagian besar kabupaten mengalami lonjakan produksi, terutama di wilayah selatan seperti Sukabumi, Tasikmalaya, dan Garut.
Kabupaten Sukabumi menjadi daerah dengan pertumbuhan tertinggi kedua setelah Indramayu secara volume. Produksinya naik dari 466.836 ton menjadi 680.512 ton, atau melonjak 45,77%.
Di bawahnya, Cianjur membukukan kenaikan 174.400 ton menjadi 805.248 ton, dan Karawang meningkat 12,88% menjadi 1,17 juta ton.
Darwis menambahkan, peningkatan di sejumlah wilayah tersebut disebabkan oleh program intensifikasi lahan dan perluasan tanam yang digencarkan sejak awal 2024.
Pemerintah daerah bersama Kementerian Pertanian juga memperkuat pendampingan petani melalui penyediaan benih unggul dan subsidi pupuk tepat sasaran.
“Strategi pertanian berbasis wilayah mulai menunjukkan hasil. Wilayah selatan yang sebelumnya berfokus pada hortikultura kini mulai menambah areal padi, sementara sentra lama seperti Indramayu dan Karawang terus mengoptimalkan produktivitas,” kata Darwis.»
Namun, tidak semua daerah menunjukkan tren positif. Kota Bekasi justru mengalami penurunan produksi paling tajam, merosot 21,51% atau turun dari 1.212 ton menjadi 951 ton.
BPS menilai, keterbatasan lahan akibat alih fungsi menjadi kawasan permukiman dan industri menjadi penyebab utama.
Sementara itu, beberapa daerah perkotaan seperti Kota Bogor, Kota Depok, dan Kota Cimahi mencatat kenaikan signifikan secara persentase, meski kontribusinya relatif kecil terhadap total produksi provinsi. Kenaikan di Kota Bogor bahkan mencapai 399,97%, dari 150 ton menjadi 752 ton.
Kenaikan produksi padi secara umum juga memberikan dampak ekonomi langsung bagi petani. Harga gabah di tingkat petani terpantau stabil di kisaran Rp6.000–6.200 per kilogram.
Dengan volume produksi yang meningkat, BPS memperkirakan nilai produksi padi Jawa Barat pada 2025 menembus Rp60 triliun, naik sekitar 15% dari tahun sebelumnya.
Meski begitu, Darwis mengingatkan agar pemerintah daerah tidak terlena dengan capaian sementara ini. Tantangan ke depan, kata dia, adalah menjaga keseimbangan antara produktivitas dan keberlanjutan lingkungan, terutama dalam penggunaan air dan pupuk kimia.
“Indramayu boleh berbangga, tapi kita tetap perlu menjaga daya dukung lahan dan irigasi agar tidak menurun dalam lima tahun ke depan,” tegasnya.
#produksi-padi #padi-jabar #indramayu-padi #produksi-padi-jabar #produksi-padi-indramayu #padi-jawa-barat #kenaikan-produksi-padi #irigasi-pertanian #teknologi-pertanian #ketahanan-pangan-jabar #produk