Ikappi Soroti Minimnya Serapan Pasar Tradisional dalam Program MBG Prabowo
Ikappi menyoroti minimnya serapan pasar tradisional dalam program MBG Prabowo, meski permintaan telur dan daging ayam meningkat dan memicu inflasi Oktober 2025.
(Bisnis.Com) 05/11/25 01:26 27698
Bisnis.com, JAKARTA — Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menilai program makan bergizi gratis (MBG) belum sepenuhnya terserap di pasar tradisional, meski menjadi salah satu faktor pendorong inflasi pada Oktober 2025 akibat meningkatnya permintaan telur dan daging ayam ras.
Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan menuturkan penyerapan bahan pangan dari implementasi program MBG di pasar tradisional masih minim. Di sisi lain, dia menyebut bahwa secara umum inflasi masih berada pada level yang wajar dan dapat memberikan ruang pertumbuhan bagi pedagang pasar.
“Kami cek dalam praktiknya penyerapan komoditas bahan pangan ini [untuk MBG] masih minim sekali di pasar tradisional, sehingga perputaran ekonomi yang ada di pasar masih terbilang stabil, tidak mengikuti laju inflasi,” kata Reynaldi kepadaBisnis, Selasa (4/11/2025).
Untuk itu, Ikappi mendorong agar pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengoptimalkan potensi pasar tradisional dalam pelaksanaan MBG, sehingga manfaat dari program tersebut dapat dirasakan secara merata hingga ke tingkat daerah.
“Jangan sampai justru mereka yang tidak menikmati lantaran memang setiap kabupaten, kota, bahkan lurah di kelurahan dalam hal ini yang saya maksud itu banyak pasar-pasar yang sangat berpotensi untuk berkontribusi dalam program MBG,” katanya.
Lebih lanjut, Reynaldi menilai keberhasilan program MBG dan Asta Cita Presiden Prabowo dapat tercapai jika seluruh pemangku kepentingan dilibatkan, termasuk pedagang pasar tradisional.
Ikappi berharap pemerintah dapat menjadikan pasar tradisional sebagai mitra utama distribusi bahan pangan MBG agar dampak ekonominya terasa hingga ke tingkat pedagang kecil.
Adapun untuk saat ini, Reynaldi mengungkap harga telur ayam dan daging ayam ras mengalami kenaikan yang dipicu faktor biaya produksi, terutama tingginya harga pakan dan anak ayam umur satu hari atau Day Old Chick (DOC).
“[Harga telur ayam dan daging ayam] mengalami kenaikan, namun hubungannya dengan MBG masih minim sekali penyerapan ini di pasar tradisional,” terangnya.
Di sisi lain, Ikappi menekankan pentingnya menjaga stabilitas harga menjelang momen Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan memperkuat pasokan dan infrastruktur logistik agar harga terkendali. Sebab, momen tersebut umumnya akan memicu lonjakan permintaan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat program MBG memicu lonjakan permintaan telur ayam ras dan daging ayam ras yang menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober 2025.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan telur ayam ras dan daging ayam ras menjadi komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Oktober 2025.
BPS mencatat, telur ayam ras dan daging ayam ras masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,04% dan 0,02% pada Oktober 2025.
Data menunjukkan, telur ayam ras dan daging ayam ras mengalami inflasi masing-masing sebesar 4,43% dan 1,13%. Adapun, keduanya merupakan komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober 2025.
“Salah satunya adalah kenaikan permintaan telur ayam dan daging ayam ras dari SPPG [Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi] yang berasal dari pasar atau juga pengecer dan juga pedagang besar. Jadi diduga ini menjadi salah satu satu indikasi naiknya permintaan telur dan daging ayam ras,” kata Pudji dalam Rilis BPS, Senin (3/11/2025).
Selain itu, Pudji menambahkan bahwa melonjaknya permintaan telur ayam dan daging ayam ras juga dipengaruhi komponen biaya produksi daging ayam ras seperti harga DOC, hargalive birdatau ayam hidup, dan kenaikan harga jagung pakan di beberapa wilayah.