Emas dan MBG di Balik Rekor Inflasi RI Oktober 2025
Inflasi Oktober 2025 naik jadi 0,28% dipicu harga emas dan program MBG. Emas perhiasan menyumbang inflasi tertinggi dalam 26 bulan.
(Bisnis.Com) 04/11/25 08:40 26473
Bisnis.com, JAKARTA — Reli kenaikan harga emas hingga program makan bergizi gratis alias MBG menjadi salah satu biang kerok kenaikan inflasi Oktober 2025, menjadi 0,28% secara bulanan (month to month/MtM).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menjelaskan bahwa faktor penyebab inflasi Oktober 2025 adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi 3,05%, dengan andil 0,21%. Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan, dengan andil inflasi 0,21%.
Nilai inflasi emas perhiasan pada Oktober 2025 adalah sebesar 11,97%. Tingkat inflasi dan andilnya merupakan level tertinggi dalam kurun waktu 26 bulan sejak terjadinya inflasi secara berturut-turut.
"Ini merupakan inflasi tertinggi sejak 26 bulan berturut-turut sejak terjadinya inflasi," ujar Pudji pada konferensi pers, Senin (3/11/2025).
Adapun, tingkat inflasi emas pada Oktober 2023 dan Oktober 2024 sebesar masing-masing 0,92% dan 4,44%. Masing-masing juga memberikan andil terhadap inflasi bulan tersebut 0,01% dan 0,06%.
Sejalan dengan hal tersebut, BPS juga mencatat bahwa tingkat inflasi Oktober 2025 adalah yang tertinggi pada periode yang sama sejak empat tahun yang lalu yakni Oktober 2021. Secara historis pada setiap Oktober sejak 2021 hingga 2025 mengalami inflasi. Hanya pada Oktober 2022 terjadi deflasi sebesar 0,11% (MtM).
Selain itu, inflasi selalu terjadi sejak empat tahun yang lalu masing-masing sebesar 0,12% (MtM) pada Oktober 2021, 0,17% (MtM) pada Oktober 2023, dan 0,08% (MtM) pada Oktober 2024.
"Tingkat inflasi yang terjadi pada Oktober 2025 merupakan inflasi tertinggi dibandingkan tingkat inflasi 2021 hingga 2024," terang Pudji, Senin (3/11/2025).
Komoditas emas perhiasan disebut menjadi penyumbang utama inflasi pada Oktober 2024 dan Oktober 2025. Itu berbeda dengan tiga tahun sebelumnya masing-masing pada Oktober 2021 ketika penyumbang utama inflasi bulanan merupakan cabai merah, serta beras pada masing-masing Oktober 2022 dan Oktober 2023.
Adapun, secara tahunan Indonesia mencatatkan inflasi 2,86% (year on year/YoY) per Oktober 2025, naik dari September 2025 dengan inflasi 2,65% (YoY). BPS juga melaporkan bahwa inflasi tahun kalender adalah 2,10% (year to date/YtD).
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Picu Inflasi
Komoditas makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi 0,28% pada Oktober 2025 dan memberikan andil 0,28%. Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah cabai merah, dengan andil inflasi 0,60%.
Komoditas yang dominan memicu inflasi itu adalah telur ayam ras dan daging ayam ras, masing-masing sebesar 4,43% dan 1,13%.
Pudji menjelaskan bahwa ada berbagai faktor yang melatarbelakangi tingginya inflasi telur dan daging ayam ras. Namun, pihaknya menduga permintaan yang tinggi dari Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) MBG turut menyumbang terhadap inflasi kedua komoditas tersebut.
"Salah satunya kenaikan permintaan telur ayam dan daging ayam ras dari SPPG, yang berasal dari pasar, pengecer atau pedagang besar. Ini diduga menjadi salah satu indikasi naiknya permintaan telur dan ayam ras," ujar Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/11/2025).
Selain permintaan dari Dapur MBG, inflasi telur dan daging ayam ras turut dipengaruhi oleh peningkatan komponen biaya produksi seperti harga day old chic, live bird, dan jagung pakan di beberapa wilayah.
Namun demikian, BPS tidak memerinci lebih lanjut daerah mana saja yang mengalami inflasi pada dua komoditas tersebut khususnya akibat tingginya permintaan untuk MBG.
Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyebut ketersediaan menu MBG perlu dibuat beragam dan disesuaikan oleh masing-masing ketersediaan daerah.
"Menu terkait protein bisa disesuaikan dengan kondisi ketersediaan di masing-masing daerah," jelasnya kepada Bisnis, Senin (3/11/2025).
Di sisi lain, David mendorong pemerintah untuk memperkuat data ketersediaan pangan dan manajemen pasokan atau distribusi di daerah. Tujuannya agar pemerintah mengetahui produk pangan apa yang defisit.
Dia tidak menampik bahwa dampak lonjakan harga sejumlah kebutuhan terkait dengan MBG bisa merugikan konsumen lain. Untuk itu, dia mendorong keberagaman menu MBG sesuai dengan ketersediaan di daerah.
"Karena dari sisi keperluan pangan lain seperti karbohidrat dan sayuran harusnya hanya selisihnya tidak banyak dibanding sebelum ada MBG, karena hanya substitusi," tuturnya.
Pelaksana utama MBG yang dinakhodai oleh Badan Gizi Nasional (BGN) diketahui mengalami kendala penyerapan anggaran hingga peristiwa keracunan di berbagai daerah. Pada Oktober 2025 lalu, lembaga baru itu telah mengembalikan tambahan anggaran senilai Rp70 triliun yang pernah diajukan.
Kepala BGN Dadan Hindaya menyebut penyerapan anggaran sampai dengan 1 Oktober 2025 lalu baru mencapai Rp21 triliun. Apabila dikalkulasi, jumlah tersebut baru mencapai sekitar 29,6% dari pagu awal anggaran MBG di APBN 2026 sebesar Rp71 triliun.
Dadan optimistis bahwa anggaran proyek mercusuar pemerintah itu akan optimal terserap pada penghujung tahun ini.
"Kalau serapan [anggaran], alhamdulillah hari ini sudah Rp21 triliun, dan 5—10 hari ke depan sudah akan bertambah sekitar Rp5 triliun," katanya saat ditemui awak media di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (1/10/2025).
#harga-emas #inflasi-oktober-2025 #emas-perhiasan #program-makan-bergizi #inflasi-indonesia #inflasi-bulanan #inflasi-tahunan #cabai-merah-inflasi #telur-ayam-inflasi #daging-ayam-inflasi #bps-inflasi #n-a