IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengapresiasi capaian Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang menunjukkan tren ekspansi.
Dia menilai sektor manufaktur akan mempertahankan momentum ekspansi dan terus menjadi penggerak utama perekonomian nasional di sisa 2025.
"Optimisme terhadap peningkatan pesanan dan peluncuran produk baru masih tinggi. Dengan dukungan kebijakan yang konsisten, sektor manufaktur dapat mempertahankan momentum ekspansi dan terus menjadi penggerak utama perekonomian nasional pada Kuartal IV-2025," ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (4/11/2025).
Namun, meski tren ekspansi terjaga, dia mengingatkan bahwa Indonesia tetap mewaspadai sejumlah tantangan.
Peningkatan biaya input akibat kenaikan harga bahan baku masih menjadi perhatian, namun sebagian besar pelaku usaha mampu beradaptasi di tengah kondisi tersebut.
Sementara itu, keterbatasan kapasitas produksi mulai direspons melalui peningkatan investasi dan perluasan fasilitas untuk menjaga kelancaran pemenuhan pesanan yang terus meningkat. Penyesuaian harga produk juga dilakukan secara terukur untuk menjaga keseimbangan antara biaya produksi dan daya beli masyarakat.
Dalam konteks makroekonomi, tingkat inflasi nasional dinilai masih terjaga yaitu sebesar 2,86 persen (year on year/yoy) per Oktober 2025, dengan inflasi bulanan sebesar 0,28 persen (mtm).
Hal ini, kata Airlangga, memberikan ruang bagi kebijakan fiskal dan moneter untuk terus mendukung pertumbuhan sektor riil.
"Stabilitas harga ini juga menjadi faktor penting dalam menjaga daya beli masyarakat dan keberlanjutan permintaan domestik sebagai motor utama sektor manufaktur," kata dia.
Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, PMI manufaktur Indonesia meningkat ke level 51,2 pada Oktober 2025, naik dari posisi 50,4 pada bulan sebelumnya. Angka di atas level 50 menunjukkan ekspansi aktivitas manufaktur oleh survei S&P Global.
Capaian tersebut menegaskan keberlanjutan momentum ekspansi sektor manufaktur selama 3 bulan berturut-turut sejak Agustus. Tren positif ini mencerminkan bahwa industri pengolahan nasional telah mengalami pemulihan dan kembali meningkat menjelang akhir tahun.
Peningkatan kinerja manufaktur utamanya didorong oleh menguatnya permintaan domestik. Stabilnya konsumsi rumah tangga, kebijakan stimulus fiskal, serta pelaksanaan pengadaan barang dan jasa Pemerintah yang berorientasi pada produk dalam negeri turut menopang pertumbuhan pesanan baru selama tiga bulan terakhir.
Lebih lanjut, kondisi pasar tenaga kerja juga menunjukkan perbaikan pada bulan Oktober. Peningkatan aktivitas industri mendorong kebutuhan tenaga kerja baru yang meningkat.
Perkembangan ini menjadi indikasi bahwa pelaku usaha mulai meningkatkan kapasitas produksinya guna mengantisipasi kenaikan permintaan di Kuartal IV-2025.
(NIA DEVIYANA)