Bisnis.com, JAKARTA — Tren surplus neraca perdagangan Indonesia menurun cukup tajam pada September 2025 setelah mencatat rekor tertinggi dalam waktu sekitar tiga tahun pada Agustus 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2025 berlanjut hingga 65 bulan berturut-turut. Nilai surplus neraca dagang September yakni US$4,34 miliar.
"Pada September 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus US$4,34 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 65 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, Senin (3/11/2025).
Pudji memaparkan bahwa surplus pada September 2025 lebih ditopang oleh komoditas nonmigas yaitu sebesar US$5,99 miliar. Secara terperinci, komoditas penyumbang surplus utama yakni lemak dan minyak hewani nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja.
Torehan surplus itu semakin menyusut seiring dengan meningkatnya nilai impor pada September 2025 yakni US$20,34 miliar. Nilai itu naik 7,17% (yoy) dibandingkan dengan kondisi September 2024.
Sementara itu, nilai ekspor pada periode yang sama mencapai US$24,68 miliar atau naik 11,41% dibandingkan September 2024. Nilai ekspor migas tercatat US$0,99 miliar atau turun 13,61%, sedangkan nilai ekspor nonmigas tercatat naik sebesar 12,79% dengan nilai US$23,68 miliar.
Pada bulan sebelumnya atau Agustus 2025, BPS melaporkan bahwa surplus neraca perdagangan periode itu merupakan yang tertinggi sejak November 2022.
Pada Agustus 2025, neraca perdagangan barang Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$5,49 miliar. Dengan demikian, tren itu berlanjut hingga 64 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Adapun nilainya pada dua bulan lalu adalah tertinggi sejak November tiga tahun lalu.
"Surplus tertinggi sejak November 2022," jelas Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah pada konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Rabu (1/10/2025).
Berdasarkan pemaparannya, surplus pada Agustus 2025 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$7,15 miliar. Komoditas penyumbang utama surplus dari kategori itu yakni lemak dan minyak hewan dan nabati, bahan bakar mineral serta besi dan baja.
Secara terperinci, total nilai ekspor Agustus 2025 adalah US$24,9 miliar atau naik 5,78% yoy. Nilai ekspor migas sebesar US$1,07 miliar atau turun 1,88% yoy, sedangkan nonmigas naik 6,68% yoy menjadi US$23,89 miliar.
Adapun impor pada Agustus 2025 sebesar US$19,47 miliar atau turun 6,56% yoy dibandingkan Agustus 2024. Nilai impor migas tercatat sebesar US$2,73 miliar atau naik 3,17% yoy.