Bisnis.com, DENPASAR — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Bali mengalami inflasi 2,61% (year on year/YoY) atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,01 pada Oktober 2024 menjadi 109,80 pada Oktober 2025.
Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrawan Hermawan menjelaskan inflasi tahunan terjadi karena naiknya harga komoditas-komoditas amatan yang ditunjukkan oleh naiknya IHK pada sepuluh kelompok pengeluaran, yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau naik sebesar 4,69%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,78%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,37%.
Kemudian kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,07% kelompok kesehatan sebesar 3,06% kelompok transportasi sebesar 0,90%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,58%, kelompok pendidikan sebesar 3,12% kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran sebesar 1,66% serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,16%.
Sementara itu, satu kelompok tercatat mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan turun sebesar 0,35%. Pada Oktober 2025, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi tahunan, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,45%, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04%, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,19% kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,09%, kelompok kesehatan sebesar 0,08%.
Kelompok transportasi sebesar 0,10%, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,01%, kelompok pendidikan sebesar 0,21%, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,16%, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,30%.
Sedangkan kelompok yang memberikan sumbangan deflasi tahunan, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02%.
"Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi year on year pada bulan Oktober 2025 antara lain daging ayam ras, beras, bawang merah, cabai merah, emas perhiasan, sekolah menengah atas, sewa rumah, sigaret putih mesin [SPM], minyak goreng, pepaya, kopi bubuk, sawi hijau, bimbingan belajar, upah asisten rumah tangga, sigaret kretek mesin [SKM], ikan tongkol/ ikan ambu-ambu, air kemasan, tongkol diawetkan, pepes, dan kontrak rumah," jelas Hermawan melalui siaran pers, Senin (3/10/2025).
Sedangkan komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi tahunan, antara lain daging babi, bawang putih, cabai rawit, pisang, shampo, telepon seluler, tomat, angkutan udara, ketimun, buah naga, kemiri, baju kaos tanpa kerah / t-shirt anak, udang basah, garam, tas tangan wanita, kentang, baju muslim anak, deterjen cair, celana pendek pria, dan baju anak setelan.