Bisnis.com, BALIKPAPAN -- Laju inflasi Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) pada Oktober 2025 tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Salah satu faktor penyebabnya, yaitu harga emas perhiasan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mencatat inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) mencapai 1,94% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,59. Angka tersebut menunjukkan kenaikan signifikan dibandingkan Oktober 2024 yang hanya mencatatkan inflasi y-on-y sebesar 1,75%.
Sementara itu, inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) Oktober 2025 relatif stagnan di angka 0,01%, dan inflasi tahun berjalan (year-to-date/y-to-d) yang mencapai 1,55%. Berdasarkan pemetaan wilayah, Kabupaten Penajam Paser Utara menjadi daerah dengan tekanan inflasi paling tinggi.
Kepala BPS Kaltim Yusniar Juliana menyatakan wilayah ring 1 Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara tersebut mencatatkan inflasi y-on-y sebesar 2,47% dengan IHK 108,47.
"Sedangkan inflasi terendah terjadi di Kabupaten Berau sebesar 1,78 persen dengan IHK sebesar 109,23," ujarnya dalam rilis resmi, Senin (3/11/2025).
Menariknya, komoditas emas perhiasan kembali menjadi penyumbang terbesar inflasi yoy periode Oktober 2025, setelah bulan sebelumnya juga menjadi penyumbang utama inflasi di Kaltim.
Harga logam mulia ini memberikan andil inflasi mencapai 0,70%, dan jauh melampaui komoditas lainnya.
Fenomena ini tak lepas dari lonjakan harga emas global yang berimbas pada kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang mencatat inflasi fantastis 12,13%.
Selain emas, komoditas pangan seperti beras, sigaret kretek mesin (SKM), ikan layang, kopi bubuk, dan minyak goreng turut menyumbang tekanan inflasi.
"Kelompok makanan, minuman, dan tembakau secara keseluruhan mengalami inflasi 3,74% dengan kontribusi 1,10% terhadap inflasi keseluruhan," ucapnya.
Namun, tidak semua sektor mengalami peningkatan harga. Kelompok transportasi justru mengalami deflasi 1,43%, terutama didorong oleh penurunan tarif angkutan udara yang memberikan andil deflasi 0,31%.
Sektor pakaian dan alas kaki juga terkoreksi 1,15%, yang mencerminkan daya beli masyarakat yang masih terseleksi untuk barang-barang non-esensial.
Dia menjelaskan inflasi Oktober 2025 dipicu oleh kenaikan harga pada tujuh dari sebelas kelompok pengeluaran yang dipantau.
Selain makanan dan perawatan pribadi, sektor pendidikan mencatat inflasi 2,80%, didorong oleh kenaikan biaya akademi, perguruan tinggi, dan sekolah dasar.
Kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran juga ikut terdampak dengan inflasi 1,66%. Komoditas seperti nasi dengan lauk dan kue kering berminyak menjadi penyumbang utama pada kelompok ini.
Lebih jauh, Yusniar menjelaskan penurunan harga transportasi memberikan sedikit angin segar bagi daya beli masyarakat. Sub kelompok jasa angkutan penumpang mengalami deflasi signifikan 11,49%, terutama pada tarif angkutan udara.
Komoditas teknologi seperti telepon seluler dan laptop juga mengalami penurunan harga, dan ikut menyumbang deflasi masing-masing 0,02% dan 0,01%.
Kendati demikian, kontribusi deflasi dari sektor-sektor tersebut belum mampu mengimbangi tekanan inflasi dari kelompok makanan dan emas perhiasan.
Artinya, masyarakat Kaltim masih harus bersiap menghadapi kenaikan biaya hidup, terutama untuk kebutuhan pokok dan barang-barang bernilai investasi seperti emas.