Bisnis.com, JAKARTA — Aktivitas manufaktur Amerika Serikat (AS) kembali mengalami kontraksi untuk delapan bulan berturut-turut pada Oktober 2025, didorong oleh penurunan produksi dan lemahnya permintaan di pasar domestik maupun global.
Berdasarkan data yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) pada Senin (3/11/2025), indeks manufaktur ISM turun 0,4 poin menjadi 48,7 pada Oktober. Angka di bawah 50 menunjukkan terjadinya kontraksi, dan sepanjang tahun ini, indeks tersebut berada dalam rentang sempit yang menandakan stagnasi sektor industri AS.
Indeks produksi ISM juga melemah 2,8 poin menjadi 48,2 dan merupakan kontraksi kedua dalam tiga bulan terakhir. Lemahnya sektor produksi turut berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja, hal ini tecermin dalam Indeks ketenagakerjaan ISM yang menunjukkan penyusutan untuk bulan kesembilan berturut-turut, meskipun laju penurunannya sedikit lebih lambat dibandingkan September.
Menurut Susan Spence, Ketua ISM Manufacturing Business Survey Committee, para pelaku manufaktur masih diliputi ketidakpastian akibat arah kebijakan perdagangan yang tidak jelas di bawah pemerintahan Trump.
“Suasana yang kini umum di kalangan pelaku industri adalah ketidakpastian. Kami tidak tahu negara mana atau komoditas apa yang akan menjadi target berikutnya,” ujarnya dalam konferensi pers, dikutip dari Bloomberg.
Sementara itu, tekanan inflasi terus mereda. Indeks harga bahan baku turun hampir 4 poin menjadi 58, level terendah sejak awal tahun. Sejak mencapai puncaknya pada April atau saat kebijakan tarif impor baru diberlakukan, indeks harga ini telah turun hampir 12 poin.
“Hal paling menggembirakan dari laporan ini adalah turunnya indeks harga bahan baku sebesar 3,9 poin ke level 58,0 , terendah sejak penerapan tarif,” ujar Thomas Ryan, Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, dalam catatan risetnya.
“Angka ini kini kembali sejalan dengan rata-rata 10 tahun terakhir dan menunjukkan tekanan biaya produksi akibat tarif kemungkinan telah mencapai titik terendah,” tambahnya.
Para ekonom dan pembuat kebijakan kini makin mengandalkan laporan swasta seperti survei ISM untuk membaca arah perekonomian dan pasar tenaga kerja, di tengah penutupan (government shutdown) sebagian pemerintahan AS yang menghambat publikasi data resmi. Laporan ketenagakerjaan yang dijadwalkan terbit pada Jumat juga diperkirakan akan tertunda akibat kondisi tersebut.
“Untuk setiap komentar [pelaku usaha] terkait perekrutan, terdapat 3,4 komentar yang menyebut pengurangan tenaga kerja. Perusahaan terus mempercepat langkah efisiensi karyawan akibat ketidakpastian permintaan dalam jangka pendek hingga menengah. Pemutusan hubungan kerja dan kebijakan tidak menggantikan posisi kosong menjadi strategi utama pengelolaan tenaga kerja,” kata Spence dalam pernyataan tertulis.
Sebanyak 12 industri manufaktur di AS mengalami kontraksi pada Oktober, dipimpin oleh sektor tekstil, pakaian, dan furnitur. Enam sektor lainnya, termasuk logam dasar dan peralatan transportasi, justru mencatat pertumbuhan positif.
Secara keseluruhan, survei ini mencerminkan pelemahan yang meluas di sektor manufaktur AS. Sektor ini masih bergulat dengan ketidakpastian kebijakan perdagangan dan disrupsi rantai pasok global.
Adapun indeks pengiriman pemasok ISM naik ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kenaikan ini menandakan waktu tunggu pasokan yang makin panjang akibat dinamika tersebut.